Kamis, 01 Juli 2010

resensi film ketika cinta bertasbih


mempersunting Anna Althafunnisa (diperankan Oki Setiana Dewi) yang anggun dan cerdas. Mahasiswi Indonesia yang menimba ilmu di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir ini jadi rebutan banyak pemuda. Kyai Lutfhi (Deddy Mizwar) ayah Anna, berkata sudah enam kali lamaran orang selalu ditolak dan semuanya bukan orang sembarangan.

Di urutan terakhir, hadir sosok mahasiswa bernama Furqon yang hendak menunggu jawaban Anna atas lamarannya. Furqon dikenal sebagai mahasiswa kaya raya dan tampan. Dia juga kawan karib Azzam (Kholidi Asadil Alam), yang diam-diam jatuh cinta kepada Anna. Anna pun menyukai Azzam yang dikenalnya dengan nama Abdulah. Di luar cinta segitiga itu, hadir Eliana (Alice Norin), putri Duta Besar Indonesia untuk Mesir, yang simpatik kepada Azzam.

Azzam adalah anak kampung dari Solo yang telah sembilan tahun bersekolah di Kairo. Sambil kuliah, dia bekerja sebagai pembuat tempe. Sosok Azzam tak jauh berbeda dengan Fahri, bujang setengah malaikat yang hampir tak punya cacat.

Sebuah konflik cinta yang lebih luas ketimbang kemelut antara Fahri, Aisyah dan Maria dalam film Ayat-ayat Cinta (AAC). Dalam film Ketika Cinta Bertasbih (KCB), masalah percintaan pun mampir kepada kawan Azzam, Fadhil (Lucky Perdana), dengan kekasihnya Cut Tiara (Tika Putri).

Cerita yang disuguhkan Sinemart kali ini belum terasa klimaksnya. Meski bertabur asmara, konflik yang dihadirkan penulis novel Habiburrahman El Shirazy tak segreget film AAC. Mungkin karena dibuat bersambung, serunya cerita malah bertumpuk di akhir seri.

Untungnya, film KCB yang sukses mengantongi izin syuting di Mesir tak segan mengajak penonton bertamasya. Walau tak menawarkan bintang-bintang tenar dengan akting mumpuni, sutradara Chaerul Umam mengajak penonton menyaksikan keindahan Kota Kairo. Para penonton dibuat untuk menikmati indahnya pemandangan Kota Kairo, Sungai Nil, Piramid, serta Kota Alexandria dengan laut Mediterania yang indah kala malam tiba.

Kang Abik, sapaan Habiburrahman El Shirazy, punya dua pesan dalam garapannya yang satu ini. Dia hendak bercerita tentang kesucian cinta dan memotivasi para calon sarjana untuk cepat lulus. Pesan cinta bisa jadi memang tersampaikan, namun semangat menimba ilmu gamang digambarkan karena Azzam selalu sibuk membuat tempe. Santer isu poligami yang dipaparkan gamblang dalam AAC masih berlanjut di KCB. Bedanya, kali ini Kang Abik memperlihatkan ada syarat-syarat yang dimiliki oleh Anna untuk siapapun yang mau menjadikan dirinya sebagai istri.

Di Film KCB, racikan halus dari penulis skenario Imam Tantowi dan Chaerul Umam benar-benar persis seperti novel. Adegan ini muncul saat Anna menyampaikan dua syarat di depan Furqon. Salah satunya tak ingin dimadu, alias dipoligami. Tak cuma diputar di Indonesia, KCB juga bakal dijual di tujuh negara tetangga yaitu Brunei, Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, Australia, dan tentunya di Mesir, karena film ini bekerja sama dengan pekerja film di Mesir. Dalam penggarapannya, Sinemart menggandeng Mohammed Ashoob Film sebagai produser di Mesir.(int/ekk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar